Rabu, 24 Oktober 2012

Di Sisinya Selalu Ada Cinta

Author: Abu Aufa

Pagi yang cerah selalu membuatku bergairah menapakkan
kaki di aspal hitam yang masih tampak basah. Merentas
jeruji cahaya mentari yang masih malu menembus
putihnya awan, bertemankan canda mesra kupu-kupu
beraneka warna dan bunga-bunga yang merekah. Megahnya
simfoni alam yang melantunkan senandung tasbih dan
tahmid dari tetesan sisa-sisa embun di tanah, seakan
menambah pesona pagi yang indah.

Di jalanan juga tampak banyak orang yang dengan penuh
semangat berolah raga. Ada yang hanya berjalan santai
menghirup udara segar, ada pula yang berlari-lari
kecil dan tak sedikit yang terlihat menuntun anjingnya
yang bergerak lincah kesana kemari. Wajah-wajah mereka
terlihat segar dielus lembut sinar mentari pagi,
padahal beberapa di antaranya tampak tidak lagi
berusia muda, terlihat dari guratan-guratan keriput di
wajah.

Tampak dari kejauhan dua sosok manusia berjalan ke
arahku, "Selalu mereka," aku bergumam dalam hati.
Semakin dekat, semakin terdengar nafas yang
terengah-engah dan terlihat simbahan peluh yang
mengucur membasahi sekujur tubuh mereka.

"Ohayou gozaimasu," sapa obachan itu ramah seraya
sedikit membungkukkan tubuhnya.

Di sampingnya, anak lelaki yang berkepala besar dan
berperawakan pendek itu juga terdengar menyapa, namun
dengan suara tak jelas. Terlihat dari raut wajahnya ia
berbeda dengan anak yang umurnya sebaya. Wajah itu
berhiaskan mata yang sipit dan turun, dagu yang kecil
membuat lidah terlihat menonjol keluar serta lebar
tengkorak tampak pendek di kepalanya yang dicukur
botak.

Sekali-kali tangan lebar dengan jari-jari pendek itu
susah payah menyeka wajahnya dengan handuk kecil,
tampak koordinasi gerakan tangannya lemah sekali. Tak
jarang obachan di sebelahnya ikut membantu, dihapusnya
cucuran keringat anak lelaki itu dengan kasih sayang,
penuh selaksa cinta yang terpancar jelas dari binar
matanya. Seketika, mata anak lelaki yang sering
menatap kosong itu pun terlihat senang.

"Kono ko wa uchi no musuko desu," katanya terdengar
jelas dan bangga, seakan tahu pertanyaan yang
menyergap di benakku.

Aku hanya tersenyum, menganggukkan kepala dan tak
berkata apa-apa. Seiring langkah mereka yang semakin
menjauh, kutatap kepergian obachan dan anak lelaki
yang berjalan goyah itu dengan perasaan berkecamuk
menjadi satu. Pikiranku lalu menerawang, menembus
lorong ruang dan waktu. Melayang, meninggalkan sosok
tubuhku yang masih berdiri tak bergeming, takjub
dengan sebuah keajaiban cinta.

Cinta seorang ibunda kepada anak-anaknya memang
membuat kita selalu terpesona. Jikalau kasih seorang
anak adalah sepanjang galah, kasih ibunda tentu
sepanjang jalan. Bahkan andaikan kasih anak itu
sepanjang jalan, maka kasih ibunda adalah sepanjang
masa.

Obachan itu pasti tak pernah tahu bahwa ada surga di
telapak kakinya, sehingga ia merasa perlakuannya
biasa-biasa saja. Namun bagiku, ia adalah seorang
wanita istimewa yang di sisinya selalu ada cinta,
karena amanah berupa seorang anak yang cacat mental
hanya dianugerahkan kepada wanita-wanita istimewa.

ALLAHua'lam bi shawab.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb FiLlah wa LiLlah,

Abu Aufa

Catatan:
- Ohayou gozaimasu: selamat pagi
- Obachan: wanita berumur, setengah tua
- Kono ko wa uchi no musuko desu: dia adalah anak
laki-laki saya




Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua, anda pun bisa mendownloadnya dalam bentuk PDF .
DownloadPDF

Ikuti Panduan Download jika anda kesulitan untuk mendownloadnya

Jika linknya sudah mati atau tidak bisa mendownload silahkan hubungi Pengelola

Sampai jumpa di artikel berikutnya...... 

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes