Senin, 18 Agustus 2014

Di Manakah Wanita-wanita Barakah Itu? Bagian 1

Rasulullah bersabda,
"Seorang wanita yang penuh barakah dan mendapat anugerah Allah adalah yang maharnya murah, mudah menikahinya, dan akhlaknya baik.
Namun sebaliknya, wanita yang celaka adalah yang mahal maharnya, sulit menikahinya, dan buruk akhlaknya."

Menikah hampir menyamai kemuliaan agama. Perjanjian nikah disebut mitsaqan-ghalizhan. Istilah ini tidak pernah dipakai dalam Al Qur’an, kecuali hanya untuk tiga peristiwa. Satu untuk perjanjian akad nikah, dan dua kali untuk perjanjian tauhid.

Dalam masalah tauhid, pembelaan terhadap kebenaran agama dari mereka yang menyerang, bisa dilakukan dengan mubahalah (perang doa). Masing-masing pihak memohon kepada Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh agar pihak yang salah mendapat kutukan. Mendapat azab. Hal yang sama juga kita jumpai dalam pernikahan. Ada yang serupa dengan mubahalah dalam pernikahan, yaitu li'an. Keduanya merupakan perang doa.

Jika mubahalah disebutkan dalam satu ayat, kita mendapati Al Qur’an menerangkan tentang li'an tidak cukup satu ayat. Allah Swt. berfirman:

"Dan orang-orang yang menuduh istri mereka (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah orang-orang
yang benar. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa laknat Allah atasnya, jika ia termasuk orang-orang yang berdusta.

Dan istrinya itu akan dihindarkan dari hukuman, apabila sumpah empat kali atas nama Allah yang dilakukan suaminya itu adalah dusta. Dan (sumpah) yang kelima, bahwa laknat Allah atasnya, jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar." (QS An-Nur [24]: 6-9).

Bila perceraian biasa bisa diakhiri dengan rujuk dan masih terbuka kesempatan untuk merajut kebahagiaan bersama-sama seperti sebelumnya, maka tidak demikian dengan li'an. Dua orang yang telah bercerai setelah keduanya saling me-li'an (melaknat) haram untuk bersatu kembali untuk selama-lamanya.

Rasulullah Saw., bersabda,

"Dua orang suami-istri yang saling melaknat, apabila telah berpisah (bercerai), maka tidak akan pernah bertemu lagi selamanya." (Hadis Shahih).

Jadi,  tak  ada  lagi  ruang  untuk  menyatukan hati  yang  telah  berpisah, ketika penyesalan datang. Apabila sebelumnya keduanya saling melaknat, tidak ada lagi kesempatan   untuk   menghayati   kebersamaan   dan   kebahagiaan   ketika   mereka menyadari kesalahan-kesalahannya. Na'udzubillahi min  dzalik.  Semoga kita  tidak pernah sedikit pun tergelincir ke dalam prasangka yang buruk kepada teman hidup kita, karena prasangka yang buruk merupakan bibit li'an.

Pernikahan sedemikian pentingnya dalam pandangan Islam. Pernikahan menjadi sunnah Rasul. At-Tirmidzi, Imam Ahmad ibn Hanbal, dan Al-Baihaqi pernah meriwayatkan sebuah hadis bahwa Rasulullah Saw. bersabda, "Empat macam perkara termasuk sunnah-sunnah para Rasul, yaitu: memakai pacar, memakai wewangian, bersiwak, dan menikah."

Pernikahan merupakan bukti kekuasaan Allah Yang Maha Mulia. Ia menciptakan kasih-sayang dan kerinduan-kerinduan. Ia memberikan ketenteraman yang tidak pernah bisa dirasakan oleh orang yang belum menikah. Rumah bagi mereka yang menikah adalah tempat yang menyejukkan. Tiap-tiap anggota keluarga insya-Allah memperoleh ketenteraman dan terjalin ikatan kasih-sayang.

Pernikahan yang barakah akan menumbuhkan al-'athifah (jalinan perasaan) yang demikian. Mereka akan mendapati pernikahan sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat Ar-Rum ayat 21, surat yang paling populer untuk penghias undangan nikah, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Ia menciptakan untukmu istri- istri dari jenismu sendiri, supaya kamu merasa tenteram dengannya, dan dijadikan- Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mengetahui."
Dalam  pernikahan yang  barakah,  insya-Allah akan  tumbuh  sakinah.  Antara suami dan istri, tumbuh perasaan kasih dan sayang. Perasaan ini bukan sejenis luapan- luapan sesaat, sehingga semakin kering ketika pernikahan sudah dimakan usia. Ketika sebuah   pernikahan   barakah,   suami   merasa   semakin   sayang   ketika   tertegun memandang istrinya yang semata wayang. Istri merasakan getaran cinta yang semakin mendalam saat memandangi wajah suaminya.

Bagaimana keluarga yang sakinah itu? Allahu A'lam bishawab. Hadis berikut mudah-mudahan dapat memahamkan kita sebagian di antara tanda-tandanya.

"Tiga kunci kebahagiaan seorang laki-laki," kata Rasulullah Saw. menunjukkan, "adalah istri shalihah yang jika dipandang membuatmu semakin sayang dan jika kamu pergi membuatmu merasa aman, dia bisa menjaga kehormatan dirinya dan hartamu; kendaraan yang baik yang bisa mengantar ke mana kamu pergi; dan rumah yang damai yang penuh kasih sayang. Tiga perkara yang membuatnya sengsara adalah istri yang tidak membuatmu bahagia jika dipandang dan tidak bisa menjaga lidahnya juga tidak membuatmu merasa aman jika kamu pergi karena tidak bisa menjaga kehormatan diri dan hartamu; kendaraan rusak yang jika  dipakai hanya membuatmu lelah namun jika kamu tinggalkan tidak bisa mengantarmu pergi; dan rumah yang sempit yang tidak kamu temukan kedamaian di dalamnya."

"Akan lebih sempurna ketakwaan seorang Mukmin," kata Rasulullah Saw., "jika ia  mempunyai  seorang  istri  shalihah;  jika  diperintah  suaminya  ia  patuh,  jika dipandang membuat suaminya merasa senang, jika suaminya bersumpah membuatnya merasa adil, jika suaminya pergi ia akan menjaga dirinya dan harta suaminya."

Tetapi, tidak semua pernikahan mendapatkan barakah. Adakalanya, indahnya pernikahan segera kering setelah masa pengantin baru berlalu. Setahun belum berlalu, tetapi rumahtangga sudah dipenuhi oleh rasa jemu. Anak belum lagi satu, malah istri baru menjalani kehamilan pertama, tetapi hubungan keduanya justru semakin kaku. Bahkan lebih kaku dibanding malam pertama, saat keduanya masih belum begitu kenal.

Apa yang menyebabkan pernikahan tidak barakah? Wallahu A'lam bishawab. Saya hanya bisa berharap kepada Allah Swt semoga Ia menjadikan pernikahan saya, juga pernikahan Anda, dibarakahi dan diridhai-Nya. Dengan demikian, pernikahan semakin mendekatkan kita kepada-Nya. Bukan justru mendatangkan kekecewaan- kekecewaan yang membuat kita sulit bersyukur kepada Allah Swt. Betapa banyak nikmat Allah. Akan tetapi alangkah sulitnya mensyukuri sekian banyak karunia-Nya, kalau hati penuh kekecewaan.

Tulisan ini  merupakan doa  saya,  mudah-mudahan saya  dan  Anda  mencapai pernikahan yang barakah. Sejauh yang saya bisa, saya berusaha untuk membahas beberapa hal yang menjadikan pernikahan tidak barakah atau berkurang kebarakahannya. Mudah-mudahan, dengan demikian saya dan Anda semuanya dapat mengambil pelajaran. Sehingga kita bisa menghindarkan diri dari keadaan-keadaan yang mengurangkan barakah. Apalagi sampai menghilangkan.
Ada pernikahan yang penuh barakah. Ada pernikahan yang sedikit kebarakahannya. Dan yang paling menakutkan, adalah pernikahan yang tidak akan pernah ada kebarakahan di dalamnya.

Pernikahan yang bagaimanakah yang   tidak akan pernah ada kebarakahan di dalamnya?

Rasulullah  Saw.  menunjukkan,  "Barangsiapa  yang  menikahkan  (putrinya) karena silau akan kekayaan laki-laki itu meskipun buruk agama dan akhlaknya, maka tidak pernah pernikahan itu akan dibarakahi-Nya."

Sebagian pernikahan kurang barakah karena niatnya yang tidak tepat. Sebagian disebabkan oleh berbagai hal selama proses berlangsung. Sebagian dipengaruhi oleh pelaksanaan pernikahan. Sebagian disebabkan akhlak setelah menikah. Tetapi perubahan akhlak setelah menikah, banyak disebabkan oleh niat orang yang menikah dan yang menikahkan (karena itu, ajaklah orangtua berbicara). Pernikahan yang barakah insya-Allah justru menjadikan akhlak keduanya semakin baik. Bila sebelumnya masih kurang sesuai dengan keutamaan akhlak, insya-Allah setelah menikah mereka menjadi baik akhlaknya. Ini berdasarkan hadis Nabi:

"Kawinkanlah (zawwajuu) orang-orang yang masih sendirian di antara kamu, sesungguhnya Allah akan memperbaiki akhlak mereka, meluaskan rizki mereka, dan menambah keluhuran mereka."

Mengenai niat, insya-Allah kita akan membahasnya tiga bab mendatang. Sementara beberapa aspek yang mempengaruhi kebarakahan dan sakinah dalam pernikahan, sudah kita bahas dalam bab-bab sebelumnya, betapa pun masih terbatas. Pada  bab  ini,  saya  ingin  mengajak  Anda  untuk  menyelami  beberapa  peringatan berikut, dengan segala keterbatasan yang ada pada saya saat ini (semoga Allah mengampuni kesalahan dalam pembahasan ini dan memberikan petunjukNya). "Sesungguhnya," kata  Rasulullah Saw., "termasuk dari keberuntungan perempuan adalah  mudah  lamarannya,  ringan  mas  kawinnya,  dan  subur  rahimnya."  (HR Ahmad).

Sabda Rasulullah Saw.:
"Wanita  yang  paling  agung  kebarakahannya,  adalah  yang  paling  ringan maharnya." (HR Ahmad, Al-Hakim, Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih).

Rasulullah juga mengingatkan,

"Seorang wanita yang penuh barakah dan mendapat anugerah Allah adalah yang maharnya murah, mudah menikahinya, dan akhlaknya baik. Namun sebaliknya, wanita yang celaka adalah yang mahal maharnya, sulit menikahinya, dan buruk akhlaknya."

Pada  sebuah  hadis  yang  diriwayatkan  oleh  Ath-Thabrani  dari  Anas  r.a., Rasulullah  bersabda,  "Orang  yang  menikahi  wanita  karena  kedudukannya, Allah hanya akan menambahinya kehinaan; yang menikahinya karena kekayaannya, Allah hanya akan memberinya kefakiran; yang menikahinya karena nama besar keturunannya, Allah justru akan menambahinya kerendahan. Namun, laki-laki yang menikahi wanita hanya karena menjaga pandangan mata dan memelihara nafsunya atau untuk mempererat hubungan kasih-sayang (silaturrahim), maka Allah akan membarakahi laki-laki itu dan memberi kebarakahan yang sama pada wanita itu sepanjang ikatan pernikahannya."

Cukup  sampai  di  sini  kutipan  kita  terhadap  hadis-hadis  Nabi  mengenai pernikahan dan kebarakahannya. Sekarang, marilah kita melanjutkan pembahasan kita. Mudah-mudahan Allah memberikan taufik dan hidayah kepada kita, kemudian melimpahkan barakah dan ridha-Nya. Allahumma amin.



Dikutip dari buku Kado Pernikahan Untuk Istriku
Karya Muhammad Fauzil Adhim




Senin, 11 Agustus 2014

Istikharah Cinta

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(Al Baqoroh:216)
sebuah buku berjudul Istikharoh Cinta, penulis M.Shodiq Mustika.penerbit Qultum Media,hmm..sedikit resume dari buku tersebut,semoga bermanfaat terutama untuk saudara-saudariku yg lg beristikharoh ^_^..

Rasul saw. telah memberi informasi kepada kita bagaimana kita memilih pasangan hidup.ada empat faktor yang dieprtimbangkan:1.din/ agama (akhlak)2.keturunan3.kecantikan4.kekayaan

"........maka beruntunglah kamu yang memilih perempuan yang memiliki din (yang baik)"(HR.Bukhari Muslim)
 buat apa istikharoh?beberapa alasan diantaranya:1.menetapkan hati2.mencari ketenangan,3.mengambil jarak dari masalah
 untuk soal jodoh, yang kita pertimbangkan tentu tak hanya calon mempelai,melainkan juga ayah-ibunya,adik-kakaknya, teman-temannya, dan aktivitas kesehariannya.kita tidak dapat mengambil seseorang dari kehidupannya dan menyelipkan sosoknya di jadwalkehidupan kita begitu saja.Untuk mempertimbangkan hal ini, kita harus mengingat banyak sisi kehidupan kita dengan calonpasangan kita.tak melulu urusan cinta, pilihan organisasi, keahlian masak, sifat keibuan,dan kemampuan mengatur keuangan juga ditimbang penting sebagian orang.sadari sisi-sisi ini, lihat semua versinya, dan lihat bagaimana tubuh serta pikiran kitabereaksi terhadap calon pasangan kita.ada yang mungkin langsung Degh!!!merasakan kecenderungan yah ini..pasangan saya,atau bahkan ada tidak ada perasaan sama sekali.tak suka dengan beberapa sisi calon? mungkin masih bisa ditoleransi.tak bisa mentolerir? putuskan saja untuk tidak diteruskan, walaupun mungkinkecenderungan sempat singgah. Bisa? bisa, bukankah cinta tak harus berarti memiliki?

adakalanya, seseorang merasa cocok dengan kriteria calon pasangannya.namun, muncul masalah baru: keragu-raguan terhadap calon pasangannya tsb."bagaimana sikapnya? seperti apa karakternya? apa saja kebiasaannya?"hal-hal semacam ini memang cukup sulit diterka, bahkan bagi mereka pelaku pacaranyang cukup lama sekalipun, apalagi bagi kita yang tidak mengenal kata pacaran.tentunya kejujuran dan keterbukaan dalam proses saling mengenal harus selalu mengiringi.tapi ingat, betapa pentingnya kita untuk selalu menjaga hati, walau mungkin kecenderunganitu sudah mulai ada...


dan solusinya do'a...mengapa do'a?yah..karena ini:"...boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."(Al Baqoroh:216)

kita hanya bisa meyakini sesuatu tanpa benar-benar mengetahuinya, dalam hal ini kitaadalah sesosok makhluk yang tidak mengetahui sesuatu, sudah selayaknyalah bahwa pihakyang tahu bertanya apda pihak yang Maha Tahu.
pada saat melakukan istikharoh, terasa sekali kedekatan seorang hamba dengan Alloh,nikmatilah saat-saat kebersamaan kita denganNya.manfaatkanlah kesempatan ini dengan bersungguh-sungguh, sebab keputusan yang kita ambiladalah sebuah keputusan yang tanpa kita sadari adalah keputusan yang besar, pengaruhnya tidakhanya bagi diri kita tapi juga untuk orang lain.dalam melakukan isitikharoh, yakinlah bahwa Alloh mengabulkan doa kita."aku sesuai prasangka hambaKu"

gunakan akal kita juga untuk bermusyawarah dengan orang-orang yang di kehidupan kitadalam memilih jodoh..An-Nawawi mengatakan. "disunnahkan untuk bermusyawarah sebelum melakukan istikharohdengan orang yang:1. suka memberi nasihat2. penyayang3. berpengalaman4. agama dan ilmunya dapat dipercaya.
 sudah bermusyawarah?lantas sudah beristikharoh?apakah kita perlu untuk menunggu kemantapan hati?sebenarnya kita tidak perlu menunggu kemantapan hati.Muhammad bin Ali Kamaluddin Az-Zamlakani menyatakan,"apabila seseorang shalat 2 rakaat istikharoh karena suatu urusan,hendaklah sesudah itu dia mengerjakan apa yang dipandangnya baik, dalamkeadaaan lapang dadanya (lega) ataupun tidak. dan dalam hadits ini tidak ada indikasiyang menyatakan syarat bahwa harus ada insyirah (kelapangan) dada ataupun perasaan.

daripada menunggu kemantapan hati, lebih baik kita menciptakan kemantapan di hatikita sendiri seusai beristikharoh. Caranya gunakan akal sehat kita..
andaikan akal sehat kita sudah menyatakan dengan tegas bahwasi fulanah adalah jodoh terbaik kita, maka kita dapat segera menindaklanjuti. Bagaimana jika akal sehat kita belum dapat mengambil suatu keputusan dengan tegas?Ali Al-Qari menyarankan,"hendaknya dia shalat istikharoh lagi sampai terlihat jelas kebaikannya."

maksud"sampai terlihat jelas" adalah sampai akal sehat menerimanya tanpa ada bantahan lagi.
kita pun tidak perlu lama dan menunda-nunda mengambil keputusan...
andai terlalu lama menimbang-nimbang, mungkin saja itu justru merupakan pertanda bahwapasukan iblis sedang membolak-balikan qalbu kita dan mencemarinya, sehingga akal sehat kitakurang mampu berpikir optimal.

nah Lho???jangan lama-lama dalam mengambil keputusan!!!
inikah pilihan Alloh?

masya Alloh, apakah kita bisa yakin bahwa keputusan yang telah diambil akal sehat kita itumerupakan pilihan Alloh?bagaimana jika keputusan tsb adalah bedasar hawa nafsu kita ataupun hasil dari bisikan setan?

Alloh berfirman, "...kemudian apabila engkau telah mengambil keputusan (seusai istikharoh),maka bertawakallah kepada Alloh.Sungguh Alloh mencintai orang yang tawakal, bila Allohmenolong kamu, tidak ada yang dapat menaklukanmu..."(Ali Imran:159-160)

Repost catatan dari
Ust. M iqbal Al abror



Sumber : http://anitayulian.blogspot.com/2013/10/istikharoh-cinta.html

Sabtu, 09 Agustus 2014

Jodoh Tidak Akan Pernah Tertukar

Aku teringat kisah seorang teman...

Ia adalah seorang muslimah yg senantiasa terjaga. Hari-harinya senantiasa diisi dengan kegiatan bermakna.. Apalagi kalau bukan mengisi kajian, membaca buku, menulis tausyah dan sebagainya.

Suatu hari, ia memiliki permasalahan dakwah yg begitu besar. Bahkan ia bingung, kepada siapa ia harus meminta bantuan... Tak ayal, dia hanya bisa memohon dalam sujud panjangnya agar segera diberi jalan keluar terbaik.

Tak berapa lama... Ia dikenalkan dengan seorang ikhwan, tepatnya terpaut 6 tahun yg pada saat itu, ikhwan tersebut memberikan bantuan berupa masukan-masukan serta solusi mengenai problema dakwah yg sedang dialami temanku itu.

Saat itu temanku benar-benar berterima kasih serta mengucap rasa syukur sedalam-dalamnya... Karena perlahan problema dakwah yg sedang dihadapi menemui titik terangnya.

Namun, setelah titik terang ditemui.. ternyata menambah sebuah problema baru. Bagaimana tidak, kedekatannya dengan sang ikhwan tersebut.. ternyata memunculkan benih-benih cinta dalam hatinya.

Sungguh, sebenarnya temanku itu tak mau memiliki rasa seperti itu, ia pun ingin membuang jauh-jauh bayangan tentang ikhwan tersebut yg sebenarnya sudah dianggap oleh temanku itu sebagai seorang kakak. Ya! hanya sebatas kakak.

Tapi, apa mau dikata... rasa kagum karena kefahaman ikhwan tersebut akan ilmu agama serta keshalihannya ternyata mampu mengalihkan keimanan temanku itu. Ia selalu uring-uringan dan pada akhirnya hidupnya jadi tak bersemangat lagi.. Kalau dulu, ia bersujud panjang karena rasa khouf-nya yg ada.. kini dalam sujud panjangnya selalu terhadirkan genangan air mata, ingin disatukannya ia dengan ikhwan tersebut.

Sampai suatu hari, ia menceritakan semuanya padaku... dan aku pun mencoba menenangkannya. Ia terus menangis dan menangis sejadi-jadinya. Ia sudah tak tahan lagi terhadap kegalauan perasaannya. Ia takut rasa itu akan semakin mencengkeramnya dengan kuat dan akhirnya terbius oleh hawa nafsu syaitan.

Aku pun mencoba memberikan saran, untuk coba berterus terang terhadap ikhwan tersebut akan perasaan temanku ini yg sebenar-benarnya. Malah kalau perlu langsung menawarkan diri untuk minta dinikahinya. Bukankah Siti Khadijah juga menawarkan diri kepada Rasululloh, hanya saja melalui seorang perwakilan? Apakah menawarkan diri ini disampaikan melalui perwakilan atau secara langsung oleh diri sendiri terserah, asalkan caranya baik & sesuai dengan syariat Islam. Bila ingin maju tanpa perwakilan tentu harus siap dengan satu syarat: harus siap mental!.



Temanku akhirnya paham dan memberanikan diri untuk menawarkan diri terhadap ikhwan tersebut, tentu minta untuk dinikahi.. bukan untuk dipacari. Dan ia sudah siap dengan berbagai kemungkinan yg akan terjadi. Tapi bismillah saja lah, pikirnya. Toh aku bukan meminta pada ikhwan tersebut tapi sebenar-benarnya aku meminta pada Sang Pemilik ikhwan tersebut (red. Alloh), kata temanku.

Dan setelah beberapa lama, aku kehilangan kabar temanku ini. Entah apa yg telah terjadi, namun rasa keingintahuanku begitu membuncah.. Sampai pada akhirnya, aku mendapat kabar darinya.. bahwa ikhwan tersebut telah menikah, dengan akhwat yg lain.

Aku ikut bersedih, tentu ada rasa kekecewaan yg hadir terhadap diri temanku tersebut. Tapi, ketika aku menemuinya, ia begitu tegar.. dan mengatakan "Aku sudah menawarkan diri pada ikhwan tersebut, tapi ikhwan tersebut justru menyerahkan undangan pernikahannya padaku. Aku mungkin telat menawarkan diriku padanya, tapi sungguh aku yakin bahwa jodohku tak akan pernah tertukar oleh siapapun".

Degg... tiba-tiba aku terlemas. Kata-katanya begitu menghujam dalam kalbuku. Ia sungguh wanita sholehah.. Aku yakin, ia akan mendapatkan jodohnya yg terbaik kelak.

Setelah pertemuan itu. Aku tak bertemu lagi dengan temanku tersebut... Kita benar-benar loss contact sama sekali.

***

Kita kembali dipertemukan.. tepatnya ketika aku berkunjung ke toko buku. Ia masih tampak seperti yg dulu, setelah pertemuan terakhirku dengannya setahun yg lalu. Ia pun menghampiriku dan menyapaku, lalu mengajakku untuk mampir ke sebuah rumah makan yg tak jauh dari toko buku itu. Disanalah kita berbincang kembali... kemudian ia menceritakan padaku, bahwa ia sempat ta'aruf namun gagal hingga kedua kalinya. Dengan hanya karena sebuah alasan, bahwa temanku itu adalah seorang "Aktivis".

Aku tak habis pikir mendengar ceritanya, wanita seperti dia, bisa ditolak ikhwan hanya karena alasan itu??!! Huhh..!! aku emosi sekali. Jarang-jarang kan ada wanita yg seperti ini, sudah cantik, sholehah, pemahaman ilmu agamanya banyak dan aktifis dakwah pula. Apalagi sih yg dicari dari para ikhwan tersebut?!

Ahh, itu pasti karena ikhwan tersebut takut menyeimbangi kafaah yg dimiliki temanku ini. Belum maju ke medan perang, ehh.. udah mundur selangkah demi selangkah. Capekkk dah!!

Tapi sekali lagi, tak ada rasa kekecewaan yg muncul dari temanku ini.. meski aku yakin, namanya juga manusia, tentu temanku merasakan sakit yg terdalam di hatinya mengenai kegagalannya berkali-kali dalam menuju gerbang pernikahan.

***

Itu dulu.. ketika 1,5 tahun yg lalu kita bercerita... Tapi lihatlah kini, surat undangan pernikahan berwarna merah telah berada di genggaman tenganku. Akhir dari sebuah perjalanan seorang temanku.

Dan sungguh benar janji Alloh, "Perempuan-perempuan yg keji adalah untuk yg keji pula dan laki-laki yang keji untuk wanita-wanita yg keji, sedangkan wanita-wanita yg baik untuk laki-laki yg baik dan laki-laki yg baik juga diperuntukkan bagi perempuan-perempuan yg baik…” (QS. An-Nur: 26).


Ternyata apapun yg telah Alloh tetapkan bagi manusia merupakan hak-Nya, pasti ada hikmah besar di dalamnya, tergantung bagaimana kita menyikapi.

Dan sebuah pembelajaran bagiku,  tentu aku harus yakin seperti temanku ini, keyakinan bahwa "Jodoh tidak akan pernah tertukar". Insya Alloh.
♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♫•*¨*•.¸¸ﷲ¸¸.•*¨*•♫♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥


from : anitayulian.blogspot.com

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes